Kebanggan Emak
"Jenuh aku mendengar
Manisnya kata cinta
Lebih baik sendiri
Bukannya sekali
Sering ku mencoba
Namun ku gagal lagi
Mungkin nasib ini
Suratan tanganku
Harus tabah menjalani
Jauh sudah langkahku
Menyusuri hidupku
Yang penuh tanda tanya
Kadang hati bimbang
Menentukan sikapku
Tiada tempat mengadu
Hanya iman di dada
Yang membuatku mampu
S'lalu tabah menjalani
Tiba tiba lagu Nike Ardilla berhenti berbunyi. Uci segera menuju tape recorder. Dugaannya benar. Pita kaset kusut didalam. Perlahan ia mencoba mengeluarkan pita kaset. Beberapa kali mencoba tidak berhasil. Hatinya galau. Takut kak Abik marah.
"Kak tolong, pita kaset rusak...!"
Uci berteriak minta bantuan kakaknya. Pita masih tersangkut di tape recorder milik kakaknya Abik. Abik datang. Berusaha menolong. Namun pita kaset tak kunjung bisa dikeluarkan. Kening Abik mulai berkeringat. Ekspresi wajahnya terlihat mulai kesal.
"Uciii... Balik sana ke pesantren...!"
Tiba tiba Abik berteriak kesal. Abik melotot ke arah adiknya. Dia kesal karena kaset kesayangannya kusut. Nyangkut di tape recorder. Sudah tiga puluh menit ia berusaha mengeluarkan pita kaset dari tape. Namun pita kaset sudah terlalu kusut. tak bisa lagi dikeluarkan. Dengan kesal Abik memarahi adik bungsunya.
"Maaf kak...?"
Hanya kalimat maaf yang terucap dari mulut adiknya. Uci terduduk lemas. Merasa bersalah pada kakaknya. Ia tahu itu kaset dan tape recorder kesayangan kakaknya. Abik membeli sendiri. Hasil dari Menderes karet milik bapak.
"Baru pulang sudah bikin rusak saja kamu ini...!" Abik masih kesal pada adiknya.
Uci adalah adik bungsu Abik. Anak yang manja. Karena sifatnya yang masih kolokan akhirnya emak dan bapak memutuskan Uci untuk bersekolah di salah satu pondok pesantren di Kota Bengkulu. Supaya mandiri. Sekarang Uci duduk di kelas 2 SMP. Sudah tiga hari Uci pulang dari pondok. Libur kenaikan kelas.
Tahun 1994, tape recorder adalah barang yang berharga dirumah kami selain TV hitam putih yang dibelikan Bapak. Bapak dan Emak tinggal di rumah kayu ukuran 4x5. Bangunan yang diperuntukkan untuk semua petani karet milik PT. PIR ( Perkebunan Inti Rakyat) PTPN 6. Perusahaan milik pemerintah.
"Ada apa anakku...?"
Emak tiba tiba muncul di hadapan kami.
"Ini Mak Uci cari gara-gara. Merusak kaset aku...!"
Abik menjelaskan. Matanya masih melotot marah.
"Maaf Mak...?"
Uci menundukkan wajahnya. Mukanya merah. Air matanya siap tumpah. Sedetik kemudian air matanya benar benar tumpah. Uci menangkupkan kedua tangannya ke lutut. Menangis tersedu.
" Sudahlah tidak usah menangis ...!"
Emak mendekat. Mengelus kepala anak bungsunya.
"Abik, nanti kasetnya emak belikan yang baru...!"
Emak berusaha membujuk Abik. Padahal emak sedang tidak ada uang. Harga karet mentah sedang turun. Emak juga harus mengumpulkan uang untuk keperluan dapur dan biaya kuliah kak miharti dan Bang Rian.
"Jangan bertengkar lagi nak,
Kalianlah kebanggan emak...!"
Emak mengelus dadanya, wajahnya terlihat sedih melihat anaknya bertengkar. Emak sangat sabar. Lembut kepada anak anaknya. Tidak pernah marah.
"Iya Mak..."
Abik membalas ucapan emak. Hatinya selalu luluh bila melihat wajah Emak. Kasihan Emak. Sudah membanting tulang mencari uang demi membantu Bapak.
" Emak dan Bapak hanya ingin kalian jadi anak salih...dan sekolah yang tinggi...!"
Emak menasehati. Emak dan Bapak pernah menyampaikan kepada kami, ketujuh anaknya. Bahwa Emak dan Bapak rela tidak memiliki harta benda seperti orang lain. Emak dan Bapak hanya ingin kami sekolah setinggi mungkin.
Uci menyeka air matanya. Abik pun tidak terlihat lagi marah pada adiknya. Kalimat Emak sungguh sakti. Pertengkaran tidak pernah lama bila Emak sudah mengeluarkan kata kata sakti dari mulutnya. Kalimat yang keluar dari ketulusan cinta emak pada kami anaknya.
Anak-anak yg Soleh dan sangat mengerti perasaan orang tua,,,i love you🤗🤗🤗
BalasHapusLove you too ibu ai
HapusSerasa kembali ke masa muda, kaset Nike Ardila menjadi barang berharga
BalasHapusMantap bun
Nike Ardilla beken dimasanya. Pertanda berapa usia saya sekarang ha ha
Hapus