Impian Yang Sederhana
Sedari
kecil aku memiliki cita cita yang selalu berubah, pernah ingin menjadi polwan
karna melihat pakaian polisi yang rapih, berikutnya ingin menjadi dokter karena
ikut-ikutan teman, sepertinya keren. Tapi apa daya, mapel eksakta hanya biologi
yang aku sukai. Aku juga tidak mungkin bisa menjadi tenaga medis, karena aku tidak kuat kala melihat darah orang lain, kepalaku pusing bahkan kadang diiringi
muntah-muntah. Duduk dibangku SMA masih juga galau tentang masa depan. Masih bingung menentukan jurusan yang akan dipilih saat kuliah. Jurusan apa yang harus kupulih? Ah sudahlah, aku hanya mengalir mengikuti arah angin kemana aku akan dibawa. tibalah
waktunya mendaftar UMPTN, setelah minta saran kesana kemari, akhirnya kupilih
pilihan pertama FKIP Bahasa Inggris dan Pilihan kedua Bahasa Indonesia. Kenapa
aku pilih Bahasa Inggris? bukan karena aku pintar Bahasa Inggris atau berbakat
dalam bahasa asing, nilai raport untuk Bahasa Inggris saat SMA saja pas pasan,
pas buat beli bakwan ha ha.Pertimbangan lain adalah karena kakakku nomer lima
kuliah jurusan itu juga, jadi setidaknya aku tidak harus membeli buku mata
kuliah tersebut, toh bisa pinjam kakak, sudah terbiasa sebagai anak bungsu aku
hanya mendapatkan warisan kakak, baju bekas kakak perempuan atau buku buku
bekas kakak laki laki. Aku tahu diri karena orang tua kami bukan dari keluarga
mampu.
Sesungguhnya FKIP bukan pilihan tepat menurutku
saat itu. aku bingung nanti tamat harus bagaimana? mengajar??? oh tidak mungkin,
aku takut bicara didepan orang lain, aku tidak percaya diri bahkan sekedar
mengajar anak kecil. tapi sudah terlanjur, tak mungkin pindah jurusan, kasihan
orang tua yang sudah susah payah mencari uang, bibi tempat aku kos juga bilang,
"itu pilihan pertamamu, maka itulah jawaban dari do'amu ci...". aku
terdiam, mengiyakan dalam hati perkataan bibiku. bismillah aku putuskan mencoba
menjalaninya dengan baik, setidaknya bila nanti aku tidak berbakat menjadi
guru, aku akan pakai ilmu kuliahku untuk anakku nanti. aku akan ajarkan bahasa
inggris ke anakku. itulah cita cita terakhirku, mengamalkan ilmuku hanya untuk
anakku saja dan diri sendiri.cita cita yang menurutku sangat sederhana, tidak
membumbung tinggi seperti cita cita teman-temanku yang ingin menjadi arsitek,
pengusaha, dokter, mentri, polisi dll.
Waktu berjalan hingga semester dua perkuliahan telah
kujalani. aku tetap mengkhawatirkan akan rasa percaya diriku. banyak pertanyaan
berkecamuk di pikiranku. bagaimana nanti bila tiba masanya PPL? bisakah aku
mengajar? bagaimana bila tiba waktunya ujian skripsi? akankah aku sanggup
berbiacara didepan sekian dosen sekaligus?. Saat aku sibuk mencari jawaban atas
berbagai pertanyaan di kepalaku, tiba tiba kak novi menyapaku...”apa kabar ci?
apa kesibukan sekarang?”. aku hanya menjawab pertanyaan kak novi dengan
senyuman. “Begini ci...kakak mau minta tolong sama uci, uci gantikan kakak
mengajar TPQ Intan Insani, mau gak?” kakak bentar lagi berangkat KKN (kuliah
kerja nyata). dalam hatiku berkata boleh juga nih? belajar percaya diri dari
yang paling dasar, menagajar anak kecil. “Gimana, mau ci? kalau uci belum
terbiasa, uci lihat dulu kakak mengajar satu kali terus berikutnya uci yang
ngajar, gimana?”. aku mengiyakan saja permintaan kak novi. Dalam hatiku berkata
mungkin inilah jawaban sebagai jalan keluar dari Allah atas permasalahan yang
menggangu pikiranku selama ini.
Jadilah aku guru TPQ, mengajar setiap sore,
meski honor tak seberapa, habis saja buat ongkos angkot pulang pergi, tidak
mengapa, yang penting aku bisa belajar menjadi guru, belajar percaya diri
bicara didepan orang lain. Sehari dua hari, seminggu dua minggu dilewati,
akhirnya akupun sudah terbiasa mengajar TPQ, kadang mengajar ngaji, kadang
bercerita sirah nabi dan sahabat, kadang memberi nasihat,semua terasa
menyenangkan, apalagi didukung anak anak TPQ yang menyayangiku, menganggapku
guru yang keren ha ha ha. setahun berlalu, aku makin percaya diri, aku mulai
mengikuti kegiatan kemahasiswaan baik di EDSA (english department student assosiation) maupun di FOSI (forum studi
islam). semester empat dipercaya mengisi mentoring adik kelas semester satu dan
mentoring siswa SMA dan SMEA, lumayan untuk meningkatkan rasa percaya diri dan
menambah pengalaman. Alhamdulillah berawal dari mengajar TPQ akhirnya PPL
(praktik mengajar langsung disekolah) dapat berjalan dengan sangat baik,
begitupun dengan ujian skripsi yang lancar jaya, alhamdulilllah tidak se horor
yang aku bayangkan saat awal masuk kuliah.
Setamat kuliah akupun mengisi waktu dengan mengajar private dari rumah kerumah, honor
disekolah sekolah negeri, hingga akhirnya berlabuh di yayasan Alfida, sempat
lima tahun mengajar di SDIT IQRA AlFIDA kemudian dimutasi ke SMPIT IQRA ALFIDA
hingga hari ini. Murid - murid bukan hanya anak didikkku tapi sekaligus
sahabatku, bersama mereka kadang kami diskusi dan mengobrolkan banyak hal.Bersama
mereka aku merasa selalu muda diusiaku yang sebentar lagi menuju masa emas (tua
maksudnya he he) empat puluh tahun. masih berasa usia dua puluh empat ha ha .sorry guys...
Pada setiap kesulitan pasti ada jalan
keluar, akupun telah merasakan hal itu. Allah SWT berikan jalan keluar dengan
caraNya atas setiap permasalahanku. meskipun demikian aku tetap merasa banyak
kekurangan dan terus ingin belajar banyak hal agar lebih baik lagi, salah
satunya ingin menjadi penulis he he. Maka kuawali dengan menulis di blogku ini,
semoga setiap goresanku ini dapat mengasah kemampuan menulisku. Aamiin ya
rabbal'aalamiin.
hiburan disela sela kesibuka akreditasi sekolah
Salam literasi
Aamiin. Saat sibuk aja jadi tulisan. Hehe. Barakalllah, Bu. Salam.
BalasHapuskarena saya mulai menyenangi menulis, jadi hiburan
HapusSukses selalu bu guru yg baik hati
BalasHapusMaa Sya Allah Om Jay, terimakasih sudah mampir disini, terharuu. Sehat selalu ya Om. Doa kami selalu untuk Om Jay dan keluarga.
HapusSemangat mba Uci
BalasHapusBelum bobo juga Bu aam, subhanallah masih sempat kasih komen.
HapusBlognya penuh warna-warni dan menarik tulisannya juga rapi.... mantap isinya. Semangat
BalasHapusTerimakasih pak sudah berkenan membaca, mohon saran dan kritiknya juga demi perbaikan tulisan saya
HapusBenar Bu Uci Setiap kesulitan pasti ada jalan keluarnya
BalasHapusTerimakasih Bu rita
Hapus