RAGAM TIPS MEMULAI MENULIS
Malam
ini kembali mata terpekur didepan laptop, menyimak layar Whats App Web
disebelah kiri layar sembari jemari bermain pada layar Microsoft Word di kanan layar, menuliskan
setiap penjelasan narasumber dengan teliti.
Tidak
seperti biasanya, pelajaran terasa begiu cepat usai, tau tau sudah masuk sesi
tanya jawab. Sepertinya malam ini saya full energy setelah makan tiga buah
bembam (sejenis mangga tapi rasanya lebih legit) hehe.
Sekilas profil narasumber malam ini
Pertama melihat profil beliau saya pikir masih anak kuliahan, imut banget hehehe, ternyata sudah menjadi seorang guru IPA di wilayah Subang Jawa Barat,tepatnya SMPN 1 Cepeundeuy, juga telah berumah tangga dengan satu orang anak. Nama beliau Ditta Widya Utami, kita dapat mempelajari profil dan sepak terjang bu Ditta dalam dunia tulis menulis di alamat blognya https://dittawidyautami.blogspot.com/p/profil.html?m=1
Beliau
bercerita awal senang dunia tulis menulis sudah sedari dini, menulis sejak
dapat menulis, bahkan kelas 5 SD sudah terbiasa menulis diary. Di SMP rajin menulis untuk
Mading sekolah, menulis cerita di buku tulis lalu dipinjamkan
ke teman-temannya untuk dibaca. Di SMA mulai
merambah media sosial dan blog, bahkan Sempat membuat grup untuk membagikan
tulisannya. Saat Kuliah , tulisannya lebih kearah KTI (karya tulis ilmiah).mengikuti lomba KTI Beswan Djarum dan masuk 10 besar
regional Bandung, ikut lomba mahasiswa
berprestasi yang salah satunya membuat tulisan karya ilmiah. Wah keren
yaa...sangat produktif. Dan berikut materi
tentang kiat menulis yang telah beliu paparkan malam ini dikelas belajar
menulis asuhan Om Jay (Blogger berprestasi dan Inspirator Nasional) https://www.youtube.com/watch?v=2JVLTF1rApo&feature=emb_title
Macam –macam Kiat menulis
Sebagia
besar orang menganggap bahwa menulis tak bisa lepas dari keseharian kita.
Setiap hari, mungkin kita terbiasa menulis balasan chat di media sosial. Menulis jurnal harian mengajar. Menulis feedback untuk tugas siswa. Dsb, Tapi,
ketika harus menulis buku. Menulis di blog. Rasanya seperti berlari sprint yang tiba-tiba menghantam
tembok atau bertinju yang tiba-tiba KO atau
bermain catur yang langsung skakmat . benar banget yang disampaikan bu Ditta,
pengalaman saya sebelum bergabung di kelas menulis bersama OM Jay, saya nulis caption di Instagram aja ragu dan
gagap. Entah apa yang terjadi, seolah
semua ide lenyap begitu saja. Tangan tiba-tiba tak bisa menulis. Bahkan lidah
pun terasa kelu. Rupanya narasumber pernah juga merasakan hal yang sama. Lalu,
bagiamana cara mengatasi hal tersebut? Ada beberapa tips berdasarkan pengalaman
narasumber , yaitu :
1. Ikut kelas menulis
Banyak hal yang bisa kita dapatkan dari kelas menulis. Contohnya kelas menulis bersama Omjay. Selain mendapat ilmu, motivasi, tips dan trik menulis, terkadang kita pun mendapat kejutan tak terduga.bu Ditta pernah mendapatkan hadiah buku dari PGRI dan banyak hadiah lainnya yang beliau dapatkan dari komunitas KSGN maupun PGRI.
2. Ikut komunitas menulis
Tips kedua
yaitu ikut komunitas menulis juga dirasa perlu. Karena dalam komunitas itulah
kita bisa berbagi tulisan dan membaca tulisan orang lain sehingga kemampuan
menulis kita pun akan semakin terasah. Saat ini sudah banyak sekali komunitas
menulis yang bisa diikuti. Terlepas apakah komunitas tersebut dibuat khusus
untuk guru ataupun umum.
3. Ikut lomba menulis
Tips yang
ketiga adalah ikut lomba. Ini cocok bagi siapa pun yang menyukai tantangan.
Dengan mengikuti lomba, kita bisa belajar membuat tulisan dengan berbagai tema
dalam waktu yang tentunya sudah terjadwal. Narasumber juga pernah sekali dua kali mencoba, meski belum menjadi juara tapi justru dari situlah
sadar dimana letak kekurangannya. Sehingga dikemudian hari, kita bisa belajar
untuk menjadi lebih baik.
4. Menulis apa saja yang ada di sekitar/dalam keseharian kita
Tips
berikutnya jika masih merasa sulit menulis adalah tulis saja apa yang ada di
sekitar kita atau yang kita alami hari ini. Dulu saat menjadi binaan Omjay di
Kelas Menulis Gelombang 7, Omjay rutin mengirim foto setiap hari untuk diubah
menjadi tulisan. Ada foto ketoprak, gorengan, kucing, rempeyek, wah
macem-macem! Pokoknya dari foto itu harus jadi tulisan minimal 3 paragraf. Seru
dan sekaligus membuktikan bahwa memang benar apa saja yang ada di sekitar kita
bisa kita ubah menjadi tulisan loh! Jika belum mempan, mari buat tulisan tentang
keseharian kita. Seperti diary. Itu
pun tak apa. Yang penting nulis agar kemampuan kita semakin terasah. Misalnya
tulis saja kisah mencari tanaman keladi putih di hutan demi gratisan atau untuk
istri tercinta atau saat hiking dsb 😁
5. Menulis apa saja yang kita suka
Tips kelima
yaitu tulislah apa yang kita suka. Karena jika sudah suka biasanya bakal awet. Apabila
senang berkebun (lagi booming lagi nih ya menanam bunga), silakan tulis tentang
berkebun. Senang memasak? Silakan
berbagi dengan jenis teks prosedural resep memasak, dsb. Pokoknya tulis apa
yang kita suka dan kita kuasai
Harus menulis dimana?
Ketika ingin
menulis, tentu kita butuh medianya. Maka medianya dapat berupa Blog, Buku
harian, Hand Phone/Laptop, atau platform menulis online seperti wattpad
dan storial. Bahkan media sosial pun
bisa kita buat sebagai sarana untuk menulis. Menulis dimana saja yang penting
rutinkan atau buat target berapa tulisan yang harus dibuat dalam sehari,
seminggu, sebulan, dst.
Menulis buku solo atau kolaborasi?
Nah kalau
menulisnya sudah dilakukan dan dirutinkan, tinggal naik tahap deh. Yuk
terbitkan bukunya. Kumpulan tulisan kita di blog, jurnal harian, serta
draft-draft yang ada di laptop atau hp bisa kita bukukan loh. Banyak alumni
menulis bersama Omjay yang sudah membuktikan. Senang sekali rasanya melihat
satu per satu semakin banyak yang membuahkan karya tulis dalam bentuk buku.
Tapi, mending
menulis buku solo atau kolaborasi ya? Ada beberapa hal yang membedakan saat
kita menulis buku solo dan kolaborasi tentunya. Misal dari tema dan waktu untuk
buku solo tentu kita bebas menentukan apa temanya dan kapan mau beresnya.
Apakah seminggu, sebulan, menahun?. Sedangkan jika menulis bersama, tentu
tulisan yang kita buat harus sesuai tema sesuai ketentuan dan waktunya pun
sesuai yang dijadwalkan. Enaknya kalau kolaborasi dan kita jadi peserta itu,
prosesnya sudah ada yang handle. Beda jika kita menulis buku solo. Proses
pengajuan ke penerbit dll tentu harus diurus secara mandiri. Begitu pula dengan
biaya. Dengan menulis bersama, biaya yang dikeluarkan bisa lebih murah.
Walaupun buku yang dicetak umumnya sesuai jumlah peserta saja (tapi tak jarang
ada juga yang dicetak banyak terutama bila diterbitkan di penerbit mayor).
Ini adalah buku solo pertama bu Ditta. Ditulis dengan penuh cinta karena berisi kumpulan kisah yang terinspirasi dari anak didiknya. Setiap ada kejadian unik, atau meminjam istilah Munif Chatib yaitu "momen spesial", segera beliau catat. Bu Ditta basicnya lebih senang tulisan fiksi, maka saat ada kesempatan, beliau tuangkan dalam bentuk cerpen.
Karya bu Ditta saat berkolaborasi di bawah asuhan Bu @Sri Sugiastuti dan Pak @Brian Prasetyawan Isinya seputar guru blogger
Buku kumpulan mini best practise dari program west Java leader's reading challenge dan beliau menghidupkan kembali literasi di sekolahnya yang sempat mati suri.
6. Tips lancar menulis
Narasumber juga memberikan tips kepada peserta agar lancar dalam menulis, seperti jalan tol yang bebas hambatan, pesan beliau adalah selesaikan menulis sampai tuntas tanpa editing. Selesaikan saja dulu meski kita merasa ada yang tak cocok dsb. Karena ,Proses editing lah yang memakan waktu paling banyak dalam menghasilkan karya. Jika saat menulis namun belum tuntas, lalu kita edit. Wah, bisa bisa tak selesai selesai karena terus menerus diedit. Jadi, selesaikan, baru edit sehingga bisa lebih enak dibaca. menuliskan target kita di kertas/karton lalu tempel di dinding. Insya Allah satu persatu impian itu akan terwujud.Untuk mengusir rasa malas, biasanya beliau memberi tips merefresh otak dan hati terlebih dahulu. Bisa dengan melakukan hal yang kita sukai atau membaca beberapa buku ringan dan menghibur.
“Teruslah
memberi arti pada setiap orang yang kau temui. Dalam setiap hal yang kau lalui,
dan untuk setiap waktu yang kau miliki”
Sebutir
pasir yang banyak dijumpa,
~
Ditta Widya Utami ~
Pesan akhir yang menyentih perasaan terdalam saya dari pemateri malam ini, tentang niat memberi, membagi manfaat melalui tulisan, mewariskan kebaikan yang tentu selagi terus dibaca dan diamalkan akan jadi amal jariah untuk penulisnya
Buah bembamnya yg hikin penasaran,, sudah memukau resumenya,, top, sukses
BalasHapusbembam itu kuini atau mangga denganr rasa legit
HapusBuah bembamnya yg hikin penasaran,, sudah memukau resumenya,, top, sukses
BalasHapusKeren... gercep dan pas
BalasHapusmakasih bu, ditunggu saran dan kritiknya
HapusGERCEP.. keren. semangat selalu...
BalasHapustrimakasih bu ifmelia, iya menjaga semangat tetap membara
HapusWah, nambah wawasan nih, Aya baru tau ada buah bemban. Hehe... Jadi penasaran.
BalasHapusTrik menyimak materi sambil membuat resume memang ampuh ya 👍🏻 kereeen
Oh iya, mohon maaf td tidak sempat menjelaskan, buku Jejak Langkah Guru Subang adalah karya bersama hasil workshop yang diadakan oleh MGMP dan guru guru Kab. Subang. Pada buku tersebut, saya menulis mini best practice tentang literasi salah satunya WJLRC 😊🙏🏻
bahagianya hati ini, dikunjungi narasumber, salam kenal mbak Ditta, makasih banyak ilmunya. saya biasa mendengar ceramah sambil oret oret, maka berusaha juga nyimak materi sambil nulis resume, membiasakan disiplin dan supaya bisa tidur cepat karna esok tugas lain telah menanti
Hapuskalau dekat sudah tak kirimi bembamnya bu, makasih juga penjelasan tentang buku best practise
HapusOke, ikut berkomentar. Secara umum, isinya sudah bagus. Hanya, memang ada kesalahan-kesalahan penulisan, mungkin ke depan bisa lebih baik.
BalasHapusSukses!
Siap pak ketua, trimakasih sudah mampir
HapusMantap Bu
BalasHapusAhh GK bisa komentar banyak, sudah didahului sama teman lain hehe
BalasHapuslengkap resumenya mamakazka....
BalasHapushebat
BalasHapus