Assalamu'alaikum Cinta

 


Pemuda tampan itu telah sedari tadi berdiri dibawah pohon rindang, dipinggir jalan raya. setiap angkot yang berhenti didepannya ia tak bergeming dari tempatnya berdiri. 

" Mau kemana dek?" Sopir mendongakkan wajahnya ke arah pemuda, berharap barangkali sang pemuda berkenan naik angkot miliknya.

" Oh, enggak pak" pemuda tersebut menjawab sembari mensedekapkan kedua tangannya tanda meminta maaf.

Pemuda tersebut menyandarkan badannya ke pohon rindang, tanda kakinya kelelahan.telah satu jam sang pemuda berdiri ditempat tersebut. Matanya tajam menatap kearah gang di seberang jalan. Seperti  menunggu seseorang muncul dari gang tersebut . 

Tepat pukul 11.00 sinag waktu wib. wajah sang pemuda tampak berbinar, semangatnya kembali seperti sedia kala. Dari kejauhan dia melihat sesosok yang dia kenal dan dia tunggu. semakin lama bayangan sosok tersebut semakin jelas di matanya. Dan semakin dekat menuju ke tempat pemuda tersebut berdiri. Dengan segan sang pemuda menyapa.

" Assalamu'alaikum hana"

Seorang perempuan muda dengan seragam abu abu dan berjilbab putih menoleh ke kiri dan kanan, tak ada orang lain selain dirinya dan si pemuda ditempat itu, maka yakinlah sang wanita bahwa dirinyalah yang disapa.

" Wa'alaikumsalaam" wanita muda berseragam sekolah tersebut membalas sopan. 

Tak berapa lama berhenti sebuah angkot warna hijau dengan kode B2 khusus angkot wilayah tersebut. Wanita muda yang sedari tadi hanya menunduk tanpa banyak kata dengan pemuda  yang menyapanya segera naik angkot tersebut. Di sana ia melihat seorang ibu dan seorang lagi anak kecil usia SD. telah lebih dahulu ada di angkot tersebut. Wanita muda yang di panggil hana tadi memilih tempat duduk  menghadap ke pintu, tepat dibelakang supir, tas sekolah yang sedari tadi di jinjing ia letakkan di pangkuannya. Teoat disamping ibu dan anak lelaki usia SD yang duduk ditengah kursi penumpang, si pemuda turut pula naik angkot tersebut dan memilih tempat duduk paling pojok. Duduk berseberangan dengan wanita muda yang tadi ditegurnya. Posisi duduk cukup berjauhan. Agak sulit bila ingin mengobrol dengan wanita tersebut. Suasana hening di angkot tersebut, tidak ada obrolan para penumpang. Tiga puluh menit waktu berlalu tibalah angkot didepan sebuah sekolah menengah atas. 

" Minggir bang". Kata wanita berseragam dengan suara yang cukup kencang pada sang supir.

Sekolah tersebut terlihat sangat asri. Sebelah kiri gerbang terdapat musholla sekolah yang cantik dan disebelah kanan terdapat lapangan basket yang luas. Wanita muda berseragam segera turun tanpa menyapa pemuda tersebut dan berlari kecil menuju kelasnya.

Pemuda tersebut bernama Gunawan. tidak beranjak dari tempat duduknya, hanya memastikan bahwa Hana sampai dengan selamat ke sekolahnya. Ber minggu Minggu sudah telah ia lewati hari hari seperti ini. Hanya kata "assalamu'alaikum" yang terucap dari mulut Gunawan untuk Hana. menemani wanita muda tersebut ke sekolahnya. Wanita berhijab yang disapa Hana  masuk sekolah siang dan pulang sore hari dikarenakan kekurangan ruang kelas yang sedang dalam proses pembangunan. 

Gunawan tampak lega setelah yang ditunggu dan ditemani telah pula sampai di tempat tujuan. Pemuda tersebut pun pulang kerumah kakaknya yang tidak jauh dari rumah kakak Hana. Di satu gang yang sama. Hanya saja rumah kakaknya Hana lebih ke ujung gang. Gunawan baru saja menyelesaikan kuliahnya di salah satu perguruan tinggi di daerah tersebut. Gunawan memiliki wajah nan tampan. Wajah oriental dengan penampilan yang rapi dan bersih. Rajin sholat dan aktif di kegiatan karang taruna masjid Darussalam. Bersama dengan beberapa mahasiswa yang tinggal di masjid tersebut. Wanita muda berseragam tadi juga tinggal dirumah kakak perempuannya. Orang tuanya dikampung. Wanita yang sederhana. Tidak terlalu cantik. Sikapnya sopan. menjaga pergaulan dari lelaki. Karena sekolah di kota maka dia di titipkan untuk dijaga oleh kakaknya. Hana saat ini duduk di kelas 2 SMA negeri 6 Kota Bengkulu. 

Sore pukul 17. 00 wib. Gunawan telah satu jam lebih berdiri di pohon rindang tempat siang tadi ia menunggu Hana. Memperhatikan setiap kali angkot berhenti di seberang gang tempatnya berdiri. Adakah yang ditunggunya turun dari angkot tersebut. Angkot ke lima belas sang pemuda menghitung jari. Berhentilah sebuah angkot berwarna hijau. Terlihat samar dari kaca luar mobil yang transparan wanita berjilbab putih turun dari angkot. membayar ongkos pada supir. Gunawan memastikan sosok tersebut adalah Hana . Wanita yang setiap sore dia tunggu. Gunawan mengenal langkah kaki yang berjalan menyusuri gang setelah angkot berlalu. Gunawan berlari mengejar Hana yang berjalan lurus tanpa menoleh. Tatapan mata Hana  hanya tertuju pada jalanan yang dilewati. Tas sekolah tersandung di bahu kanannya. 

Gunawan berjalan mengikuti langkah kaki Hana. Memberi jarak beberapa langkah. Matanya menatap sepatu hitam Hana yang melangkah cepat. Tepat didepan rumah kakaknya. Gunawan menghentikan langkah kakinya. 

"Hana, tunggu...!" Gunawan memanggil Hana agar Hana menghentikan langkahnya. Hana tau bila hampir setiap hari ia diikuti oleh Gunawan. Namun ia tidak memperdulikan pemuda tersebut. Hana fokus pada sekolahnya. Ia teringat pesan kakak perempuannya untuk tidak memikirkan apa apa kecuali belajar. Hana paham maksud kakaknya. Hana tak boleh jatuh cinta selagi masih sekolah.

Hana menghentikan langkahnya tanpa menoleh pada Gunawan. Matanya masih menatap aspal jalanan. 

" Ada yang mau aku sampaikan ke kamu Han?" Gunawan berkata sembari menarik nafas panjang. Mengumpulkan keberanian. 

" Hana, kamu mungkin bisa menebak apa yang akan aku katakan". Gunawan melanjutkan bicaranya.

" Tidak tau kak" Hana menjawab meski ada detak aneh di dadanya. Hana beristigfar. Mengingat tujuannya ke kota. Fokus sekolah. Ingat ayah ibu di kampung. Ingat pesan kakaknya. Hana meneguhkan hati.

" Hana, aku mau menyampaikan salam dari seseorang ke kamu!" Gunawan mulai memberanikan diri. Terlalu lama ia menyimpan perasaan ini. Hari ini berharap ada jawaban pasti. Ingin memberi tahu pada wanita pujaan hatinya. Memastikan bahwa hatinya tidak bertepuk sebelah tangan.

" Salam dari siapa kak?" Hana menjawab cepat. Ingin segera berlalu dari tempat tersebut. Tak ingin terlihat oleh orang lain. Jangan sampai ada gosip yang nanti sampai ke telinga kakaknya.

" Masa kamu tidak bisa menebak?" Gunawan meragukan jawaban Hana. Dilihatnya Hana tetap menunduk saja. Merespon dengan dingin. Gunawan sudah pasrah dengan apapun jawaban yang akan dia terima. 

" Dari orang yang berdiri didepan kamu Han". Gunawan berkata dengan tegas penuh pengharapan. Jantungnya berdegup kencang. Menanti jawaban Hana. Berharap Hana menerima perasaannya. 

" Oh iya kak, wa'alaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh" Hana menjawab diplomatis. Singkat. Tetap sopan. Berharap Gunawan tidak tersakiti hatinya.

" Cuma itu saja Han?" Gunawan bertanya masih berharap ada kalimat lain yang keluar dari mulut Hana.

" Iya kak, kalau ada yang memberi salam. Maka sebagai sesama muslim kita wajib membalasnya dengan kalimat tersebut" . Hati Hana lega. Tidak ingin terpancing dengan perasaannya.

" Maaf ya kak, sudah sore, Hana harus segera pulang". Hana ingin menghentikan pembicaraan. Berharap ini adalah pertemuan terakhir. Tidak ingin selalu diikuti langkahnya. Tak ingin memberi harapan yang tidak pasti. Berharap Gunawan menemukan orang lain yang pas untuknya saat ini. 

" Baiklah Hana, hati hati ya, kakak minta maaf". Suara Gunawan terdengar berat dan kecewa.

Hana berlalu dari hadapan Gunawan. Melangkahkan kakinya pasti. Lega. Semoga Allah menjadi saksi apa yang telah terjadi. Dalam hati Hana meminta Allah berkenan memaafkan apa yang terjadi. Menggantinya dengan yang lebih baik atau mempertemukannya lagi diwaktu yang tepat dengan Gunawan. 


Cerpen perdana

Semoga berkenan

Salam literasi

Subscribe to receive free email updates:

8 Responses to "Assalamu'alaikum Cinta"

  1. Keren Bu
    Kira kira Hana dan Gunawan jadiann gak yaaa...
    Hehehehehe

    Lanjuti Bu

    BalasHapus
    Balasan
    1. ini cerpen, pembaca dipersilahkan menyimpulkan endingnya. tapi boleh juga jadi novel kalau masih ingin baca kelanjutannya

      Hapus
  2. Cerpennya bagus...jadi penasaran mau baca lanjutannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. ini cerpen bu. endingnya diserhakn ke pembaca he he. tapi saya jadi kepikiran untuk membuatnya jadi novel

      Hapus
  3. Cerpen tentang sebuah harapan, semoga Gunawan tak kecewa,,, jos sukses bu

    BalasHapus
  4. Cerpen yg bagus... Jadi inget masa remaja dulu... Mantap bu

    BalasHapus